Sebuah Pelajaran dari Petani Jagung di Madura
Madura merupakan salah satu pulau yang penduduknya mengkonsumsi jagung sebagai makanan pokok mereka. Maka tidak heran jika jumlah petani jagung di Madura cukup banyak. Namun, banyak petani jagung yang kurang sejahtera. Salah satu penyebabnya adalah mereka lebih memilih menggunakan benih lokal dan sering menolak menggunakan benih berkulitas baik.
Penggunaan benih berkualitas buruk menyebabkan hasil panen dan pendapatan mereka menjadi rendah. Penolakan para petani bukan tanpa alasan. Mereka menganggap bahwa jagung adalah makanan pokok, bukan komoditas komersil. Selain itu sebagian besar pendidikan petani masih rendah, sehingga adopsi teknologi juga sering terhambat. Karena hal ini banyak perusahan benih tidak melakukan ekspansi ke Madura.
Hingga pada tahun 2016 ada sebuah perusahan benih asal Amerika, yaitu Corteva yang bekerja sama dengan PRISMA membuat program yang mengajak petani untuk memakai benih hibrida produksi mereka. Tidak hanya menjual benih, mereka juga mengadakan pelatihan tentang praktik budidaya pertanian yang baik. Pendekatan lain yang dilakukan selain penguatan budidaya, akses pinjaman pada beberapa lembaga keuangan juga dipermudah, dan promosi gencar dilakukan sehingga dapat menjangkau akses pada pasar.
Pendekatan segala lini yang dilakukan berhasil membuat 13.589 petani jagung beralih pada varietas hibrida dalam waktu dua tahun. Hasil panen meningkat 1,3 kali dan pendapatan petani juga meningkat 170%. Di sisi lain, penjualan produsen benih tersebut juga meningkat 278%.
Dari kisah para petani di Madura, dapat kita ambil pelajaran jika pengggunaan benih bermutu bersertifikat yang dikombinasikan praktik bidudaya yang baik dapat meningkatkan hasil panen yang juga berdampak pada peningkatan pendapatan. Jika kalian mencari berbagai benih sayuran bersertifikat, boleh banget loh mampir di toko online Pohaci atau toko Pohaciagro di Shopee :)
