Jadi Jutawan Berkat Budidaya Lidah Buaya

Kisah Inspiratif 5 Okt 2021

Keterbatasan lahan sering menjadi alasan yang menghalangi kita bercocok tanam. Apalagi di kota besar seperti Jakarta, tentu tidak mudah untuk mencari lahan yang cukup luas. Kisah lansia benama Ibu Warsiti (71), warga Kebon Pala, Jakarta Timur ini bisa kita jadikan inspirasi. Di usianya yang sudah tidak muda, beliau menjadi petani sekaligus pengusaha dengan omzet jutaan rupiah tiap bulannya.

Awalnya Ibu memiliki usaha pembuatan kompos dari sampah dapur pada tahun 2006. Ibu Warsiti kemudian melihat bahwa budidaya lidah buaya adalah suatu peluang. Tanaman ini sedang naik daun untuk minuman kesehatan. Pertama kali melakukan budidaya beliau hanya menanam 3-5 pot. Setelah hasilnya bagus, perlahan beliau memperbesar skala budidaya dan belajar mengolahnya pada tahun 2007. Saat ini minuman olahan lidah buaya milik ibu Warsiti memliki dua varian yaitu minuman basah dan serbuk.

Alasan ibu Warsiti memilih lidah buaya karena perawatannya cukup mudah  dan tidak harus ditanam di lahan, tetapi bisa di pot ataupun polybag. Bahkan untuk mereka yang tidak punya teras, lidah buaya bisa diletakkan di dak rumah. Salah satu warga yang memanfaatkan dak rumahnya adalah Ibu Sularno. Beliau hanya memiliki sekitar 10 pot lidah buaya, namun mengaku mendapat hasil yang lumayan dari penjualan lidah buaya miliknya.

Ibu Warsiti juga mengajakwarga sekitar rumahnya untuk menanam lidah buaya. Mereka memanfaatkan lahan tidur seluas 200 m2 sebagai kebun. Bahkan, ada beberpa warga yang tidak memiliki lahan, namun ikut nemamam lidah buaya.

Dari kisah Ibu Warsiti, kita dapat belajar bahwa keterbatasan lahan bukan halangan untuk bertani. Kita bisa menggunakan metode budidaya yang hemat lahan. Tantangan menanam di lahan terbatas tentu kondisi lahan harus prima. Baca juga tips seputar budidaya di lahan terbatas. Hal lain yang bisa kita pelajari adalah jeli dalam melihat peluang.

Sebaiknya sebelum memutuskan menanam suatu komoditas kalian sudah menemukan jawaban dari beberapa pertanyaan berikut: Apakah komoditas yang akan ditanam punya pangsa pasar? Apakah permintaan akan komoditas tersebut cukup tinggi? Apakah biaya perawatan sebanding dengan harga jualnya? Ketika panen akan dijual mentah atau diolah? Akan dijual langsung kepada pembeli, dijual di swalayan, atau ke pengepul? dan lain sebagainya.

Jika kalian sudah memiliki gambaran yang jelas tentang pemasaran komoditas yang akan dibudidayakan, tentu peluang untung akan semakin besar. Untuk menemukan jawaban dari beberapa pertanyaan diatas, kita bisa memanfaatkan Google Trends loh. Jika kalian butuh benih berkualitas buat menunjang budidaya di lahan yang terbatas, bisa mampir ke toko Pohaci atau toko Pohaciagro di Shopee :)

Sumber:

YouTube Watchdoc Image

Tag

Mantap! Kamu telah berhasil berlangganan.
Mantap! Selanjutnya, selesaikan pembayaran untuk akses penuh.
Selamat datang kembali! Kamu telah berhasil masuk.
Sukses! Akun kamu telah aktif, sekarang kamu bisa mengakses semua konten.