Kecerdasan Buatan Adalah Masa Depan Pertanian
Selama satu dekade terakhir, terjadi penurunan populasi petani di Indonesia secara signifikan sebanyak 10 juta jiwa dan diperkirakan akan terus berkurang. Jumlah petani di Indonesia pada tahun 2020 sebanyak 33,4 juta jiwa dan sebanyak 92% diantaranya berusia ≥ 40 tahun. Sektor pertanian dianggap kurang menjanjikan oleh generasi muda. Hal ini bukan semata-mata karena mereka malas. Tapi, tantang di bidang pertanian yang saat ini dihadapi semakin berat dan beragam.
Beberapa faktor penyebabnya antara lain anomali cuaca yang menyebabkan gagal panen (Stevani, 2019), proses budidaya yang tidak optimal menyebabkan hasil panen rendah, berkurangnya kesuburan tanah, resistensi OPT terhadap pestisida, hingga alih fungsi lahan pertanian. Padahal, jumlah pemduduk di Indonesia terus bertambah setiap tahunnya. Dengan kata lain, kita dituntut untuk memberi makan lebih banyak orang dengan sumber daya manusia dan luasan lahan yang semakin terbatas.
Solusi dari permasalahan ini adalah sebuah sistem yang yang dapat membuat budidaya pertanian di Indonesia lebih optimal. Berangkat dari sini, Pohaci menciptakan algoritma kecerdasan buatan bernama Robo Advisor untuk mengatasi permasalahan tersebut. Robo Advisor membantu petani untuk menentukan tanaman yang tumbuh optimal bersadarkan kondisi lahan. Tidak hanya itu, teknologi ini juga memberikan rekomendasi waktu penyiraman, pemupukan, serta pemberian pestisida sesuai dengan kondisi cuaca.
Sumber daya manusia yang sedikit tidak menjadi masalah asalkan mereka tangguh, adaptif, dan mau terus belajar. Apalagi, saat ini referensi belajar sangat mudah diakses, dan generasi muda sudah tidak asing dengan teknologi kecerdasan buatan. Lahan pertanian yang terbtas juga dapat disiasati dengan proses budidaya yang baik agar hasilnya optimal. Dengan adanya Robo Advisor, petani akan terbantu untuk mendapat hasil lebih banyak dan resiko gagal panen dapat dihindari.
